TUK-TUK
Asal : Sumenep - Madura, merupakan alat komunikasi tradisional,
berfungsi sebagai atribut sosial, biasanya dimiliki oleh Kepala Desa. Semakin
terawat baik melambangkan derajatnya semakin baik.
MINIATUR CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN
Miniatur candi Borobudur skala 1 : 100
Candi yang bersifat Budhistis ini dibangun oleh Dynasti Sailendra, pada
tahun 842 Masehi. Candi yang didirikan di daerah Muntilan (Magelang) ini
dibuat dengan konstruksi bangunan bertingkat, bagian puncaknya berbentuk
Stupa. Tingkatan dalam Candi Borobudur ini merupakan simbul tentang
tingkatan yang harus dilalui oleh seorang Bodhisatwa menuju tingkat Budha
yang tinggi. Gambaran arti simbulnya dapat disimak dari relief yang
dipahatkan pada dinding candi dari tingkat yang paling bawah hingga tingkat
yang paling atas yang berbentuk Stupa kosong.
Bagi pemeluk agama Budha, hingga kini masih memanfaatkan candi Borobudur
ini untuk melakukan kegiatan upacara Agama, misalnya upacara Waisak.
Miniatur candi Prambanan skala 1 : 250
Candi Prambanan/Candi Lorojonggrang adalah candi peninggalan Raja
Balitung (abad X), sebagai komplek percandian.
Candi prambanan terdiri dari candi induk dan beberapa candi perwara yang diatur
mengelilingi candi induk tersebut. Kompleks candi Prambanan yang didirikan di desa
Prambanan, Kabupaten Sleman ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa-dewa
agama Hindu, pada dinding Relief yang menceritakan Ceritera Ramayana.
PATUNG PRAJA PARAMITA (REPLIKA)
Asal : Jakarta. Sebagai lambang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Patung Praja
Paramita sangat terkenal dilingkungan penganut Agama Budha, patung yang
menggambarkan tingginya karya seni jaman Hindhu-Budha di Jawa Timur ini, pernah
tinggal di Negeri Belanda bebarapa puluh tahun lamanya.
Berkat kerja antara pemerintahan indonesia dengan pemerintah Belanda patung Praja
Paramita dapat kembali ke Indonesia, dan sekarang tersimpan di Museum Nasional.
Sikap duduk diatas bantalan teratai dengan tatakan berbentuk segi empat bersandar
pada Praba (sandaran belakang) berbentuk kurawal, berhias lidah api.
Tangan depan bersikap Dharmacakra Mudra, yaitu sikap tangan memutar roda. Sikap
tangan seperti ini merupakan ciri khas meditasi sebagai simbul perputaran sebab akibat
dalam lingkungan hidup, tangan lain tampak membawa buku (keropak) diatas teratai.
PATUNG BRAHMA
Dewa Pencipta alam Semesta.
Asal : Stedelijk Historich Museum Surabaya
PATUNG WISNU
Dewa Pelindung Alam Semesta
Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
PATUNG SIWA
Dewa Perusak alam semesta
Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
PATUNG DURGA MAHISASURAMARDHINI
Asal : Candi Jawi (Pasuruan)
Dalam wujudnya sebagai Durga Mahisasuramardhini, Dewi Durga/ Dewi Uma/Dewi
Parwati ; dilukiskan sedang berjuang mengalahkan Asura dalam wujud raksasa,
dikisahkan Kahyangan tempat para Dewa tinggal, mengalami kekacauan akibat ulah
seekor kerbau (Mahisa). Prajurit para Dewa tidak mampu mencegah, berkat
kesaktiannya Dewi Parwati (Sakti/istri) Dewa Siwa, berubah wujud menjadi Dewi
Durga, yaitu seorang Reksi, dengan gagah berani dihadapi Mahesa yang sedang
mengamuk tersebut.
Mahesapun dapat ditangkap, saat akan dibunuh Mahesa berubah
wujud menjadi seorang raksasa atau asura. Asura sebagai lambang kejahatan dapat
ditaklukkan oleh Dewi Duga Mahisasuramardhini diwujudkan sebagai perlambang
kebaikan melawan kejahatan, dan seberapapun besarnya kekuatan kejahatan pasti
dapat dihancurkan oleh kebaikan sekecil apapun wujudnya, sebagai wanita tentu
kekuatan para dewa, namun karena berada difihak yang benar, ternyata mampu
menaklukan kekuatan ASURA yang diwujudkan dalam bentuk Mahisa (Kerbau).
[HALAMAN UTAMA]
[SELAYANG PANDANG]
[SEJARAH]
[PETA]
[KOLEKSI]
[E-MAIL]
Mpu Tantular
Museum Negeri Jawa Timur
Hak Cipta © 1997 oleh Anon Kuncoro Widigdo