Koleksi Arkeologi

NEKARA DAN MOKO

Sebagai sarana upacara minta hujan.
Asal : Tuban . Moko, asal : Pulau Alor
Nekara ini termasuk type Heger I.
Biasanya diatas nekara diberi hiasan katak, menurut kepercayaan katak dianggap sebagai binatang yang dapat mendatangkan hujan.

HASIL BUDAYA PADA MASA PERUNDAGIAN

Sebagai peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masa perundagian ditandai dengan adanya ketrampilan membuat alat-alat dari perunggu. Alat tersebut dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk bertani, berburu dan peralatan untuk upacara.
  1. Kapak sepatu / kapak corong asal Tuban
  2. Ujung tombak asal Tuban
  3. Candrarasa asal Tuban

BENDA-BENDA BEKAL KUBUR

  1. Manik-manik asal Tuban
  2. Manik-manik asal Bodowoso
  3. Manik-manik asal Situbondo
  4. Manik-manik asal Pacitan
Manik-manik tersebut sebagai sarana perlengkapan yang diikut sertakan dalam penguburan, benda berharga tersebut selain dipakai perhiasan juga dipakai bekal kubur. Benda semacam ini mulai ada sejak masa bercocok tanam yang pada saat itu juga berkembang kebudayaan Megalithicum/batu-batu seperti dolmen, kubur batu, dan sebagainya.

SURYA STAMBHA

Asal:Nusa Tenggara Timur
Bahan:Perunggu
Fungsi :Sarana Upacara

PRASASTI ADAN-ADAN

AsalMayangrejo, Kec Kalitidu, Kab. Bajonegoro
PenemuBapak Mardjuki, pada tanggal 2 Maret 1992
BahanTembaga
TulisanJawa Kuno
BahasaJawa Kuno
Jumlah17 lempeng

Angka tahun1223 Caka/ 1301 Masehi
HariSabtu pasaran Legi
Nama rajaKertarajasa Jayawardhana
Nama PermaisuriSri Bhuwaneswari, Sri Rajendradewi, Prajnyaparamita
Nama Pejabat TinggiRakyan Hino, Rakyan Sirikan, Rakyan Mantri Halun

Isi menyebutkan tentang:
  1. Pembebasan tanah di adan-adan dari kewajiban membayar pajak
  2. Mengangkat desa adan-adan berstatus sebagai Sima/Perdikan/Swatantra
  3. Diberikannya daerah adan-adan kepada seorang pendeta raja karena telah berbakti kepada raja Kertarajasa, mengikuti segala penderitaan raja yaitu memakai pakaian kulit kayu, bertingkah susila, taat menjalankan ibadah agama
  4. Batas desa adan-adan, yaitu Tinawun, Kawangan, Jajar, Tambar, Punten, Rakamang, Kebogede, Paran, Panjer, Sanda
  5. Kutukan dari Raja kepada siapa saja yang berani melawan atau merubah keputusan Raja, seperti yang disebutkan dalam prasasti ini.

PRASASTI

Prasasti adalah salah satu sumber penulisan sejarah, berisi peristiwa-peristiwa penting dibidang agama, pemerintahan atau sosial ekonomi. Bahan untuk menulis prasasti bermacam-macam, diantaranya : batu, kayu, logam (emas, tembaga, perak) dsb.
  1. Prasasti Sukun asal Malang
  2. Prasasti Kalimusan asal Malang
  3. Prasasti Bali (dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya)
  4. Prasasti ukir Negara asal Wlingi - Blitar
  5. Prasasti Lamongan asal Lamongan
  6. Prasasti Loceret asal Nganjuk

ALAT-ALAT UPACARA

Alat-alat upacara yang digunakan oleh para pemeluk Agama Hindu ini, berhubungan dengan upacara daur hidup. Dalam kehidupan manusia peristiwa lahir hingga mati, banyak peristiwa penting yang perlu diperingati dengan upacara-upacara khusus atau disyahkan melalui kegiatan upacara sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh agama yang dianutnya. Untuk mendukung kegiatan upacara itulah diciptakan alat-alat khusus yang beraneka macam bentuk maupun bahannya, dan biasanya dikaitkan dengan makna-makna tertentu. Lewat upacara manusia dituntut untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Dengan melibatkan unsur-unsur alam seperti : angin, suara, tanah, air dan lain sebagainya, diciptakan suasana yang berbeda dengan keadaan sehari-hari. Oleh karena itu tidak mengherankan bila banyak ditemukan alat-alat upacara, seperti genta, tempat air suci, tempat abu ataupun tempat pripih (benda milik raja yang ditanam sebagai simbul raja tersebut setelah meninggal dunia)

MACAM KOLEKSI

  1. Guci Amerta
  2. Guci Amerta
  3. Genta Pendeta
  4. Genta gantung
  5. Tempat abu jenasah
  6. Tempat pripih
  7. Kendi Tirta Kamandalu

STUPIKA, RELIEF BUDHA, TABLET/MATERAI DAN BEKAL KUBUR

Didaerah Jawa Timur, Stupika diketemukan di Gumuk Klinting Banyuwangi dan Pulai Bawean. Benda cagar budaya yang diperkirakan berasal dari abad ke IX ini, merupakan alat upacara (bekal kubur) bagi pemeluk agama Budha. Didalam stupika terdapat benda semacam Tablet yang bertulis huruf Jawa Kuno, berisi mantra Budhis, dibuat dari bahan tanah liat.Stupika yang ditemukan di pulau Bawean terlihat agak kemerah- merahan (mungkin dibuat dari tanah merah atau dibakar). Penemuan stupika di Gumuk Klinting, Banyuwangi, disetai benda temuan lain berupa Relief Budha, material/Tablet, rambut, lempengan emas dan manik-manik, diduga sebagai bekal kubur.

MACAM-MACAM KOLEKSI

  1. Stupika (Pulau Bawean)
  2. Relief Budha (Gumuk Klinting Banyuwangi)
  3. Relief Budha (Pulau Bawean)
  4. Stupika (Gumuk Klinting Banyuwangi)
  5. Lempengan Emas (Gumuk Klinting Banyuwangi)
  6. Tablet/Materai (Gumuk Klinting Banyuwangi)
  7. Manik-manik (Gumuk Klinting Banyuwangi)

PATUNG PERUNGGU

AsalDesa Kunti, Kec. Bungkal, Pororogo
PenemuParmin pada tanggal 21-8-1992
BahanPerunggu
SifatBudha Tantrayana
Patung perunggu sejumlah 69 buah dan beberapa bagian yang rusak, ditemukan di satu tempat di Desa Kunti, Kec. Bungkal, Kab. Ponorogo. Beberapa patung perunggu yang bersifat Budha Tantrayana ini terdiri dari bermacam- macam bentuk dan sikap, yaitu :
  1. 19 buah berupa patung Dhyanibudha
  2. 13 buah patung Dhyanibodhisattwa
  3. 3 buah patung Kuwera
  4. 32 buah patung dewi Tara
  5. 1 buah patung Dewa Surya
  6. 1 buah berupa Asana/tempat duduk
  7. Beberapa bagian yang berupa pecahan yang belum diketahui secara pasti; baik nama maupun sikapnya.
Suatu hal benatik dari temuan patung di Ponorogo ini adalah, bahwa beberapa diantaranya mempunyai keistemewaan terutama patung yang bersama berbentuk segi empat didalam terdapat gulungan lempengan emas yang tertulisnya huruf jawa kuno, bahasa jawa kuno, berisi mantra Budhis. Dari bentuk tulisannya, diduga berasal dari abad ke X/XI Masehi. Didalam panteon Budha Vajradha Tumandala, dikenal adanya Budha tertinggi yang disebut Adhi Budha. Adhi Budha menjelma dalam wujud Dhyanibudha yang tetap tinggal di surga; bertugas mengawasai ajaran Budha (Dhyani = samadi, budha = tanpa) berhubungan dengan manusia. Adhi budha tercermin dalam manusia Budha (budha manusia). Apabila manusia Budha telah meninggal dunia, maka kelangsungan tugasnya diwakilkan kepas Dhyani Bodhisattwa (Bodhi = pancaran, satwa = sifat), yaitu semacam dewa yang dapat melakukan tugas perwakilan Dhyanibudha hingga akhir dunia. Dari temuan ini terbukti bahwa pengaruh Budha Trantrayana telah masuk di Jawa Timur semenjak awal perpindahan pusat pemerintah dari Jawa tengah ke Jawa timur, yaitu sekitar abad ke X. Budha Tantrayana berkembang sangat pesat di Jawa Timur terutama jaman pemerintahan Raja Kertanegara (Singosari) yang dikenal dengan “Kala Cakra Budhisme untuk menghadapi Raja Kubilai Khan dari Cina. Patung perunggu temuan dari Ponorogo :
Vitrin IX
  • 3 Kuwera
  • 8 Dhyani Budha Ratnasambawa
  • 1 Dhyani Budha Wairocana
  • 7 Dhyani Budha Amoghasidi
  • 4 Dhyani Budha Bodhisattwa
  • 6 Dhyani Budha Budha Aksobhya
  • 2 Dhyani Budha Amitabha
  • 5 Manjusri

    ALAT-ALAT PADA MASA BERCOCOK TANAM

    Pada masa bercocok tanam, masyarakat hidup bertani untuk mengerjakan sawah, mereka menggunakan alat terutam jenis beliung persegi dan kapak lonjong. Untuk berburu menggunakan alat berupa cundrik tulang, sedangkan untuk mencari kayu menggunakan alat berupa kapak tangkai.

    MACAM KOLEKSI

    1. Kapak tangkai
    2. Kapak lonjong
    3. Cundrik Tulang
    4. Beliung persegi

    ALAT-ALAT JAMAN PRASEJARAH DARI PACITAN

    Alat kerja jaman Prasejarah ini digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan makan tinfkat sederhana. Jenis kapak berimbas mempunyai multi fungsi, selain alat untuk mencari ubi juga untuk berburu. Dalam kegiatan berburu, terutama mulai pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut manusia juga menciptakan ujung anak panah dari batu.

    MACAM KOLEKSI

    1. Kapak Perimbas
    2. Kapak penetak
    3. Bahan beliung persegi
    4. Ujung anak panah
    5. Beliung Persegi

    [HALAMAN UTAMA] [SELAYANG PANDANG] [SEJARAH] [PETA] [KOLEKSI] [E-MAIL]

    Mpu Tantular
    Museum Negeri Jawa Timur
    Hak Cipta © 1997 oleh Anon Kuncoro Widigdo